Rabu, 30 Desember 2009


BEGUNDAL LOWOKWARU
Sebuah sejarah atau sebuah aib? sebuah revolusi atau pendobrak tradisi monoton tentang gelombang dari kota kecil yang tak pernah diperhitungkan seperti Malang dan menjadi sebuah cerita berskala lebih luas. Tempat itu bernama Singosari, tempat dimana Ken Arok membuat sebuah revolusi sejarah yang tak pernah di perhitungkan beberapa abad kemarin. Sepuluh tahun kemarin Begundal Lowokwaru hanya sebuah selentingan ringan dari mulut Indra binatang dan Ustardz Chipeng, tentang sebuah perubahan tidak harus di lakukan di kota atau kota metropolitan, semua bisa di mulai tergantung dengan apa yang harus dimulai, lahirlah sebuah band tanpa personil bernama Begundal Lowokwaru, sebuah band yang sedikit banyak terpengaruh band-band lokal yang nakal dan mempunyai statement tentang fashion punk yang jelas pada era itu, seperti Laga Bara, Runtah, dan juga komunitas-komunitas street punk era awal seperti Realino, Sriwedari, Meruya, dan banyak lagi. Hari itu sekitar jam 8 malam, 31 desember 1998, Indra Bintang dan Ustardz chipeng berencana merayakan tahun baru di klayatan, diatas motor akhirnya lahirlah nama Begundal Lowokwaru, sebuah band dengan dua personil, dan esok harinya beberapa personil seperti, Buyung Mukembe, age' pipo pilipo AKA Panda, Sableng, Fordi, Koko Ombat, membantu proyek gak jelas itu.Berbekal lagu-lagu yang tercipta di perempatan kecil Sidodadi, sebuah tempat didekat pasar Singosari, Begundal Lowokwaru mulai berani unjuk gigi di panggung-panggung kecil acara punk atau kadang dapat sisa waktu dari penampilan salah satu kerabat mereka, sebuah band skapunk Skatoopid.Dan waktu mulai bergulir, lagu-lagu seperti Road to the bottle(equality), oi!seplok, ataupun saudara sebotol mulai akrab dikumandangkan. Dengan mengangkat mengangkat isu-isu jalanan dengan cara penulisan lirik yang lebih gamblang, Begundal Lowokwaru mulai merangkul audiensi yang lebih luas, walaupun tidak sedikit yang mempertanyakan ataupun menentang isu-isu yang mereka tawarkan.Setelah lahir beberapa lagu yang dirasa cukup untuk membuat sebuah album, dan personil yang dirasa cukup, Begundal Lowokwaru merekam album pertama mereka yang kemudian diberi judul Street drunk rock, di Nada Musica studio surabaya, album ini berisi 11 lagu straight to the point street punk anthem, dengan personil, ustardz Chipeng(vokal), John gembel gua Selarong(gitar), Sableng tangisan boot(bass), gopel titisan kiley(drum), dan dibantu Paduan suara Punkemiz Antartika Sidoarjo, Album ini keluar dipasaran di bawah label Street drunk rock records pada akhir 1999. Setelah keluarnya album ini, lagu-lagu begundal yang sebelumnya hanya dinyanyikan teman-teman mereka, kini mulai berkumandang dibeberapa komunitas yang bisa di bilang awal waktu itu, tawaran panggung mulai dari Jakarta hingga pulau Dewata mereka libas semua, penjualan album yang mencapai 2000 keping bisa dibilang cukup fenomenal untuk sebuah band dari kota kecil dengan kemampuan bermusik yang ala ala kadarnya. Album pertama dengan respon yang cukup bagus ini mengantarkan Begundal Lowokwaru mengerjakan proyek split album dengan salah satu baurekso Sayidan Skinhead "the Sardonic", album ini dikerjakan diYogyakarta dan dirilis oleh Realino records Yogyakarta, berisi 11 lagu dari dua band ini dan beredar dengan sangat terbatas hanya 75 kopi! Setelah rilis split mereka beredar, masa ini banyak terjadi perubahan, John gembel mengundurkan diri, age' pipo pilipo masuk kembali mengisi posisi bas dan Sableng mengisi posisi gitar ritem, dan Begundal Lowokwaru juga menggamit Antok Celeng diposisi gitar utama. Dengan formasi ini Begundal Lowokwaru menggodok materi album kedua mereka, Akhirnya sebelas lagu yang mayoritas berbahasa Inggris ini dirilis pada awal 2003, Dengan titel "Suburban legion" album ini secara musikal merupakan explorasi atau pendewasaan dari musik Begundal Lowokwaru itu sendiri, dengan penambahan alat musik tradisional/alat yang dipakai untuk berjualan arbanat, menjadikan musik Begundal Lowokwaru sebagai wacana baru bagi Indonesian punk scene.Setelah Fase album ini, Begundal Lowokwaru terbentur antara hidup dan musik, Sableng dan Celeng harus bekerja di Bali, Ustardz Chipeng pergi ke Kalimantan, dan Gopel ke Sumatera, Pada Fase ini Indra Binatang berusaha memperpanjang nafas Begundal Lowokwaru dengan bantuan beberapa teman. Masa kurang bergeliatnya Begundal Lowokwarupun berlangsung cukup lama,dalam kurun waktu itu Begundal Lowokwaru hanya menghasilkan 1 lagu untuk kompilasi patriot 666 records bali berjudul ...And the bottle for all, dan juga rilis dari Realino Records Oi! penalti. Akhir 2004 Ustardz Chipeng kembali ke Malang, Antok Celengpun beberapa saat sebelumnya sudah berlabuh di Malang, beberapa lagu barupun mulai di geber dengan Formasi, Ustardz Chipeng, Antok Celeng, Age' pipo pilipo, Bansheng blokotok, dan Udin Bach Cock(screaming factor). Dengan Formasi ini Begundal melahirkan beberapa lagu di studio ANTZ Malang, 4 lagu yang mereka hasilkan mulai berkelana dari komputer ke komputer dengan bentuk MP3, dengan format lebih ringan tapi lebih rapi dan pasti sangat beraroma Begundal, walaupun masih berbentuk demo lagu-lagu tersebut mulai menjadi Anthem di kota dingin ini. Awal 2006 terjadi lagi pergantian personil ditubuh Begundal Lowokwaru, Bansheng Blokotok berhenti karena tidak siap dengan jadwal tour yang padat yang sering berbenturan dengan pekerjaannya, sedangkan Udin Bach cock harus lebih serius dengan bandnya sendiri Screaming Factor, kemudian posisi mereka di isi kembali oleh si anak hilang Indra Binatang yang mulai jarang bermain band karena Skatoopid vakum, dan teman seperjuangan Indra binatang di proyek diskopunk-nya Diskoteror, an independence drumer,Rosi Kobra (yg sering membantu beberapa band signifikan di Malang) di posisi drum. Dan formasi inipun mulai menggeber materi untuk album selanjutnya, setelah kesibukan personil dan jadwal tour yang lumayan padat dari kota kekota, akhirnya berbekal 20 lagu mereka menggilas WW studio Malang untuk merekam album ke-3 mereka, setelah merekam materi dasar pengerjaan mixing dan mastering dikerjakan di GG studio, hanya sembilan lagu yang dimuat album terbaru mereka. Dengan titel Punk Is A Threat Not A Fashion Tips( Goin' Traditional ) Album ini mulai menggoyang pasaran pada maret 2008, dengan penjualan yang fantastis mencapai 1000 keping lebih setelah 2 bulan pertama, album ini merupakan jawaban atas kehausan para penikmat Begundal Lowokwaru yang merindukan karya mereka sejak lama, Di Fase ini sekali lagi Indra Binatang harus menghilang sekali lagi untuk membangun mahligai perkawinan, dan posisinya sementara digantikan oleh gitaris serbabisa Acoy Geboy (SATCF,kids next door,soldiers embrace), Feri Gendut (Dive into Summer),dan sekarang acoy telah terbaptis menjadi bagian keluarga besar BL. Dengan formasi terakhir ini mereka menggulung jawa-bali selama april sampai Juni.Dan sekarang Begundal sedang bekerja, menggodok, berlatih, fingering, dan merekam materi2 baru untuk album ke-4 mereka.

minum dijalan


Begundal Lowokwaru - ayo minum bersama

begundal lowokwaru- cewe skinhead

BEGUNDAL LOWOKWARU - AND THE BOTTLE FOR ALL
Begundal Lowokwaru - Equality.mp3
Begundal Lowokwaru - Indonesia Front
BegundalLowokwaru - REUNI AKBAR PARA PEMINUM
Begundal Lowokwaru - Kami Bukan Sampah
Begundal Lowokwaru - Selamat Menikah Teman (akustik)
Begundal Lowokwaru - Together In Love

Begundal Lowokwaru - Working On The Street

BEGUNDAL LOWOKWARU + We're Coming Back Again To You
Begundal Lowokwaru - Dancefloor hangover
BEGUNDAL LOWOKWARU_FUCKIN_NEVER_DIE

BegundalLowokwaru - REUNI AKBAR PARA PEMINUM

PASUKAN BABI NERAKA Stephanus Adjie [vokal], Imam Santoso [gitar], Sigit Pratama [gitar], Ahmad 'Jojo' Ashari [bass], Wahyu 'Uziel' Jayadi [drum].

HIMNE KOTA BENGAWAN Rentetan serangan pasukan babi neraka adalah amunisi dari permainan gitar dua bersaudara, Imam Santoso dan Sigit Pratama, yang bersahutan saling mengisi, ditimpali bass line dengan sound berat dari Ahmad 'Jojo' Ashari, vokal provokatif dari Stephanus Adjie, serta skill drumming penuh power dari Wahyu 'Uziel' Jayadi. DFL bikin hardcore menjadi begitu agresif, brutal dan metalik. 'Bengawan Solo' riwayatnya kini sudah tidak se-syahdu biasanya. Jelas ini bukan konsumsi telinga orang-orang seangkatan kakek anda. Maaf, mbah Gesang...

ELEGI LINGKAR UTOPIS Membicarakan musik cadas di kota Solo, ada satu band yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja, yaitu Down For Life [DFL]. Pengendali metal kota Bengawan ini sudah malang melintang di jagad musik cadas hampir delapan tahun. Selama itu pula mereka memporakpandakan batasan esensi bunyi dan suara. Aksi panggung di ratusan panggung besar dan kecil di dalam dan luar kota membuat nama mereka begitu santer disebut sebagai band paling berbahaya dari kota Solo. Band ini dibentuk di kota Solo oleh beberapa individu yang sebelumnya terlibat dalam kolektif band-nya masing-masing dan lalu beraliansi dalam kelompok bernama DFL. Setelah tertunda hampir empat tahun, akhirnya debut album resmi mereka yang bertajuk Simponi Kebisingan Babi Neraka dirilis di bawah minor label Belukar Records. Sebelumnya, sejumlah rilisan tidak resmi atau bootleg berupa promo sudah tersebar secara gratis dan dapat diunduh di mana-mana. Sebenarnya ada beberapa label major dan minor menawarkan berbagai kerjasama tapi tidak menghasilkan kesepakatan dan bentuk yang signifikan. Di sela jadwal manggung yang begitu padat, mereka masih dapat meluangkan waktu untuk proses recording, mixing dan mastering di Biru Recording Studio [Solo] selama bulan Oktober hingga Desember 2007. Bersama sound engineer handal Setyo, yang juga soundman DFL saat live, akhirnya dihasilkan sepuluh komposisi cadas yang sangat anthemik. Singel Tertikam Dari Belakang jadi high rotate request di berbagai radio lokal, menyusul singel sebelumnya Change. Beberapa singel yang lain juga tercatat sempat ikut dalam berbagai proyek kompilasi. DFL yakin jika Simponi Kebisingan Babi Neraka adalah jawaban bagaimana musik cadas seharusnya dimainkan. Sambut himne kejayaan pasukan babi neraka dari kota bengawan!...

MENUJU MATAHARI DFL menghadirkan gitaris band rock veteran DD Crow [Roxx] di lagu Menuju Matahari. Singel Pasoepati merupakan anthem kelompok suporter sepakbola dan disumbangkan dalam kompilasi untuk Persis Solo. Sampul album mereka dikerjakan oleh artworker handal, Jahloo Gomez dari Belukar.

down for life - menuju matahari

down for life - tertikam dari belakang

Down For Life - Elegi Lingkar Utopis

Satu lagi grup band asal Kota Malang meramaikan blantika musik Indonesia. Snicker and The Chicken Fighter atau disingkat SATCF. Grup band ini digawangi oleh Aditya alias Adith pada vocal/bass, Jefry alias Jaja pegang gitar dan lead vocal, Jaka alias Jack gebuk drum dan Cahaya alias Acoy pada gitar dan lead vocal.

Anak-anak muda yang energi ini mengaku mengusung aliran musik Melodic Punk. Meskipun irama musik tersebut tidak semua orang suka, tapi empat cowok keren personil SATCF ini berusaha tetap eksis. Dan itu dibuktikan dengan penampilan mereka pada event-event musik baik di wilayah Malang Raya atau pun luar kota Malang.

Warna musik Melodic Punk dipilih personel SATCF bukan tanpa alasan. Yakni hanya karena memiliki selera musik yang sama. Jefry contohnya, mengaku sangat mencintai aliran musik punk sejak duduk di bangku SMP. Sekalipun aliran musiknya sangat keras, tapi Jefry mengaku sangat menikmati alunan musiknya. Begitu juga tiga personel lainnya, mereka mengatakan hal yang sama meskipun mengenal musik punk tersebut dalam waktu yang berbeda.

Begitu band telah terbentuk tahun 1999 lalu, SATCF pun terus berusaha mencari peluang untuk bisa tampil ke depan publik. Tentu saja ingin bisa lebih dikenal. “Awalnya memang susah, karena saat ini grup band aliran musik Punk di Kota Malang ini sangat minim. Dan tidak semua orang suka,” kata Jefry.

Tapi seiring dengan waktu, sekaligus didukung dengan kreatifitas bermusik akhirnya sedikit demi sedikit mereka diterima khalayak. Musiknya yang nyaris mirip irama cadas itu pun akhirnya dikenal. Apalagi, mereka menunjukkan irama musik yang khas, sehingga membuat SATCF cepat dikenal kawula muda.
Apakah musik punk bentuk sebuah pelarian atau mencari jati diri ? Jefri pun menjawab denga
menggelengkan kepala.
SATCF-HILANG
SATCF-GLORIUS
SATCF- flower in desember


DEAD VERTICAL
10 Juli 2008


GRINDING FALSE PRAYER BoyBleh [gitar/vokal], Bony [bass], Arya [Drums]

PLAY WITH THE DEAD Trio penggerinda dari daratan timur Batavia dengan konsep musik yang agresif, brutal, padat, serta kental nuansa european grindcore. Band ini juga dikenal memiliki sound yang mantap dan materi yang matang. Musik keras dan singkat. Very-very straight. Dalam balutan topik sosial yang kritis. Yeah, it's pure grindcore!

INFECTING THE WORLD Dead Vertical [DV] merupakan band grindcore asal timur kota Jakarta yang terbentuk sejak 22 November 2001. Berawal dari persahabatan empat pemuda dengan kesamaan selera pada musik cadas. Menurut mereka, Dead Vertical mempunyai arti 'Matinya hubungan vertikal antara Tuhan dan Manusia'. Dalam formasi awal Iwan [vokal], BoyBleh [gitar/vokal], Bony [bass], dan Andriano [drums], DV sudah mulai bikin lagu-lagu sendiri dalam karakter crust-grind yang sangat terinspirasi oleh Napalm Death, Terrorizer, Sepultura, Brutal Truth, Repulsion, dsb. Lirik lagu-lagu mereka bertemakan sosial, kehidupan sehari-hari, dan kondisi aktual yang terjadi di dunia ini. Pada pertengahan 2003, Andriano mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Bimo [eks Free To Decide]. Kemudian DV merilis debut album bertajuk Fenomena Akhir Zaman lewat label The Eye Music pada awal tahun 2004. Selepas album perdana itu, Bimo juga cabut dan digantikan oleh Arya Blood, seorang drummer veteran yang pernah memperkuat Highlander, For My Blood, Panic Disorder dan Looserz. Di akhir 2005, Iwan mengundurkan diri sehingga formasi DV menjadi tiga orang. Dalam formasi trio itu, DV makin aktif dan menghasilkan musikalitas yang lebih terkonsep. Tetap di jalur grindcore, namun dengan karakter yang lebih brutal dan padat. Di awal tahun 2006 mereka melepas mini album yang bertitel Global Madness secara independen. Semenjak mini album tersebut, nama DV mulai melambung dan banyak diundang manggung dalam berbagai gigs. Menjelang akhir tahun 2007, DV mendapat tawaran kontrak dari Rottrevore records untuk merilis album keduanya. BoyBleh dkk langsung merekam materi musiknya di studio Bintang 41 [Bandung] dengan sound engineer Toteng Forgotten. Pada bulan April 2008, Rottrevore records merilis album kedua DV yang dalam titel Infecting The World. Rekaman ini berisi 22 lagu dengan karakter musik yang lebih brutal, agresif, padat, serta kental dengan nuansa grindcore ala eropa.

LAST SECONDS OF PARANOIA Dead Vertical sempat mencapai highlight-nya ketika diajak tampil sebagai band pembuka konser Napalm Death di Jakarta, tahun 2007 lalu. Dalam rekaman Infecting The World, DV juga mengajak DJ Winky untuk mengisi sampling intro dan outro pada album tersebut.


dead vertical infecting the world


Dead vertical - conspiracy
Dead Vertical - bleh...

Dead Vertical - my suffering

dead vertical - last second of paranoia (outro)

dead vertical -born the chaos

PickWolf malang



STONERHEADS Awang [vokal], Angga [gitar], Christian [gitar], Wira [bass], Atenk [drum].

SOUNDLIKE Ada jurang di antara stoner dan metalcore yang dialiri arus deras dari arah selatan. Bayangkan Screaming Factor yang berkolaborasi dengan Seringai dalam satu panggung yang sempit dan gelap. Ketika jarum jam sudah menunjukkan waktu tengah malam. This is a new high in horror!...

THE HUSHED STORY Pickwolf berdiri di kota Malang pada pertengahan tahun 2007. Anak-anak muda ini sengaja memilih jalur musik rock, yang lebih ke arah southern rock dan stoner metal. Musik seperti itu mereka mainkan karena jenuh dan ingin sesuatu yang baru - di mana sebelumnya masing-masing personil pernah memiliki band yang berbeda genre. Akhirnya Pickwolf menyajikan musik yang mengakar pada southern rock dan banyak dipengaruhi oleh band-band seperti Every Time I Die, Maylene and The Sons of Disaster, Cancer Bats, Fight Paris, dan sebagainya. "Agar tidak stagnan, Pickwolf berusaha mengeksplor dan melakukan improvisasi dengan memasukkan pattern-pattern dari jenis musik lain seperti rock & roll, hardcore, maupun metalcore," tutur mereka dalam siaran profil bandnya. "Selain untuk mengembangkan daya jelajah kreatiftas, juga untuk menjaga ciri khas band-band kota Malang yang selalu tampil beda." Dalam formasi terakhirnya, Pickwolf telah menciptakan banyak aransemen musik di studio latihan. Dua lagu di antaranya telah melewati proses recording di studio Nada Musika Malang dengan bantuan Ayok SF [engineer] dan Dezta Suster Clinic [backing vocal]. Hasilnya sudah dikemas dalam sebuah demo yang disebarkan secara terbatas di wilayahnya. Satu lagi generasi lokal yang tumbuh potensial dan perlu diikuti terus jejak langkahnya.
WOLF-ART Seperti Seringai, Pickwolf juga menyukai imej-imej yang berbau 'serigala'. Bedanya, jika serigala milik Seringai itu berupa gambaran tangan yang realis dan tampak lebih seram, sedangkan kalau serigala-nya Pickwolf cenderung bernuansa fantasi, kartun dan komikal.
Download